Diskusi Panel : Voices From The Archipelago
Pada acara pembukaan pameran foto Photovoices ini, juga diselenggarakan sebuah Diskusi Panel yang mengambil di tempat di dalam American Corner, Perpustakaan Pusat ITB.
Dimulai pada pukul 10.00, dengan menampilkan 3 (tiga) orang pembicara, yaitu:
– Mr. Machut A. Shishak (Environment Officer ? US Embassy Jakarta), yang berbicara tentang Keunikan dan Keragaman Hayati Indonesia.,
– Ibu Naneng Setiasih, M.Si., M.Sc. (Ketua Reef Check Indonesia Foundation), yang menjelaskan tentang Perubahan Iklim Ekosistem Laut dan Pesisir,
– dan Ibu Saraswati (Program Director of Photovoices International), yang memberikan materi tentang Penguatan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan melalui Media Photography.
Dihadiri oleh sekitar 30 orang dari berbagai macam kalangan, mahasiswa, siswa menengah atas, pengunjung umum, dan karyawan, cukup menunjukkan antusiasme tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul setelah para panelis memaparkan materinya masing-masing. Berikut di antaranya:
Tanya (T): ?Darimana kah asal Photovoices ini? Dan sejauh mana concers Photovoices ini terhadap perubahan iklim yang terjadi? Serta sejauh mana Photovoices ini dibawa, apakah sampai ke tingkat pemerintah dan seperti apa responnya??
Jawab (J): Photovoices ini merupakan sebuah metode yang menggabungkan fotografi dan aktivitas komunitas masyarakat lokal. Awalnya dicetus oleh Caroline C. Wang, yang menggunakan metode ini untuk menggerakkan para wanita pedesaan di Provinsi Yunan untuk mempengaruhi program dan kebijakan yang berdampak kepada mereka. Dari konsep inilah, Photovoices International menggunakan metoda ini dalam bidang lingkungan, dengan Ann McBride-Norton sebagai Director.
Photovoices ini sebagai sebuah cara untuk memberikan pengertian kepada masyarakat lokal tentang perubahan iklim yang terjadi, yang sesungguhnya mereka telah rasakan namun tidak mengerti tentang perubahan iklim itu sendiri. Dan ketika program ini dibawa ke tingkat pemerintah daerah, program ini dapat diintegrasikan untuk menyusun kebijakan-kebijakan dan program-program yang menunjang pembangunan di daerah mereka. Sebelum melaksanakan program ini pun, Photovoices terlebih dahulu bekerja sama dengan pemerintah daerah yang pada akhirnya nanti, hasilnya dapat diimplemetasikan dalam bentuk program-program pembangunan daerah. Salah satunya adalag Program Air Bersih.
(T): ?Melihat dari materi yang disuguhkan, menunjukkan bahwa kita, Indonesia, harus memperbaiki hasil dari perubahan iklim yang terjadi. Padahal jika dilihat kembali, Indonesia bukanlah satu-satunya penyumbang kerusakan. Negara-negara industri yang maju pun turut serta menyumbang kerusakan pada ekosistem dunia. Apakah bisa kita pun menuntut mereka untuk melakukan hal yang sama??
(J): Memang benar, banyak negara yang ikut berpartipasi dalam perusakan ekosistem ini, terutama dari negara-negara industri. Dan sesungguhnya pun mereka telah melakukan berbagai upaya dalam hal ini. Namun tetap saja tidak membantu jika masalah lingkungan ini hanya mencari siapa yang bersalah, karena setiap negara memiliki sumbangsih secara kolektif dalam perubahan iklim ini. Jadi saat ini, bukanlah mencari siapa yang bertanggung jawab, namun apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mengatasi masalah ini. Harus duduk bersama dan mencari solusi terbaik. Segala upaya akan lebih baik jika dimulai dari milik kita sendiri, dan berkolaborasi.
Perubahan iklim ini sedang diatasi melalui 2 (dua) cara:
1. Mitigasi, dengan mengurangi emisi, termasuk akibat dari deforestation
2. Adaptasi, dengan menerima perubahan dengan cara: mengurangi ancaman langsung terhadap ekosistem dan mengambil tanggung jawab atas segala yang berhubungan dengan lingkungan terdekat kita
(T): ?Bagaimana cara kerja Photovoices ini??
(J): Photovoices terdiri 2 tim, yaitu fotografer dan fasilitator. Fotografer merupakan masrayakat asli yang diberikan pelatihan sebelumnya tentang cara penggunaan kamera dan pengambilan gambar. Fasilitator adalah yang bertugas untuk berdiskusi dengan masyarakat asli yang menjadi fotografer, yang menambahkan keterangan pada setiap foto yang mereka buat, dan semuanya itu didiskusikan juga di tingkat komunitas masyarakat agar terbentuk sebuah kesamaan persepsi akan gambar-gambar yang dihasilkan.
Diskusi panel ini berakhir pada pukul 12.00, dan ditutup dengan pembagian cinderamata dari US Embassy Jakarta dan Photovoices International.
No Comments