Ramadan Program @ AmCor ITB
Dalam rangka memeriahkan suasana bulan suci Ramadan, pada hari selasa 16 Agustus 2011 UPT Perpustakaan melalui American Corner ITB (Amcor ITB) menggelar acara dengan tema Ramadan Program at AmCor ITB. Acara yang dikemas dalam bentuk talkshow dan diskusi ringan tersebut dihadiri sekitar 75 orang (Mahasiswa ITB dan umum) dan diliput oleh wartawan Antara Bandung membahas mengenai toleransi dalam keanekaragaman pemeluk agama di Amerika Serikat yang dapat hidup berdampingan dengan damai.
Acara yang dipandu oleh Andriana Polisenawati (Mahasiswa Kimia ITB) menghadirkan pembicara dari Kedutaan Amerika Serikat Jakarta, Melanie Higgins (Political Section US Embassy Jakarta) dan Alumni the U.S. Institutes on Religious Pluralism, Ridwan Sobirin, Ilham Muhammad Firdaus, Rizky Hadiyonto.
Talkshow dimulai dengan pemaparan dari Melanie Higgins mengenai keanekaragaman agama di Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang beraneka ragam terutama dalam hal agama. Jadi di Amerika semua agama ada, mulai dari muslim, kristen, katholik, hindu, dan budha. Dipaparkan dalam presentasinya, berdasarkan data statistik Amerika, 4,7% memeluk agama lainnya, 16,1% tidak berafiliasi dengan agama tertentu, Yahudi : 1,7 %, Budha : 0,7 %, Muslim : 0,6 %, Hindu : 0,4 %, Agama dunia lain : <0,3 %, Kepercayaan lainnya : 1,2 %.
Ibu Melanie mengungkapkan lebih lanjut, bahwa di dalam Undang-undang: pemerintahan Amerika melarang masyarakatnya itu untuk membuat negara agama, tetapi mereka membebaskan masyarakatnya dalam beragama. Kebebasan beragama juga dilakukan di tempat kerja. Jadi setiap kantor wajib memperbolehkan karyawannya untuk beribadah. Vitalitas agama di amerika meningkat ketika pemeluk agama yang berbeda berkumpul untuk saling bertukar informasi atau berbagi perayaan hari besar mereka.
Presentasi lalu dilanjutkan oleh Alumni the U.S. Institutes on Religious Pluralism, yang berbagi pengalamannya melalui foto-foto ketika beliau di Amerika yang mengungkapkan lebih jauh mengenai Islam di Amerika. Menurut pemaparan Ridwan, ternyata mesjid di Washington, D.C. itu sangat besar dan mungkin melebihi mesjid yang ada di Mekah. Jadi Amerika itu ternyata peduli dan menghargai muslim yang berada di amerika. Ridwan juga mengungkapkan bahwa ?Walaupun saya belajar di amerika saya ikut ke gereja saat mereka beribadah tapi itu membuat saya sadar dan bangga saya menjadi muslim?.
Alumni berikutnya yang ikut berbagi pengalaman adalah Ilham Muhammad Firdaus. Awalnya Ilham mengira amerika itu negara yang keras agama, tetapi setelah beliau berada di Amerika, matanya terbuka dan sadar jika ternyata keadaan di Amerika tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Alumni terakhir yang berbagi adalah Rizky Hadiyonto. Rizky bercerita mengenai pengalamannya saat dia berada di Amerika. Saat itu dia berada di kota kecil Amerika dan disana sama sekali tidak ada muslim dan identik dengan orang berkulit putih. Saat itu sedang dalam hari pertama puasa, dia harus menjalankan puasa sendiri. tetapi ternyata orang atau keluarga Amerikanya disana sangat menghargai dia yang sedang berpuasa. Mereka makan saat sudah berbuka puasa. Dan dia pun sadar bahwa ternyata Amerika itu bukan seperti yang dia pikirkan. Tapi Amerika itu hanya tidak tahu Islam itu seperti apa. Orang-orang Amerika pun kagum kepada muslim karena ternyata muslim sangat luwes dan ramah. Memberi tahu orang Amerika tentang Islam itu ternyata tidak harus dengan presentasi yang serius tetapi saat berdialog berdua tentang Islam pun mereka akan mengerti karena karena orang Amerika identik dengan penasaran dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Acara lalu dilanjutkan dengan Diskusi dan tanya jawab dari peserta yang hadir.
Diskusi dan Tanya Jawab
Rica, Mahasiswa ITB 2010-2011
Pertanyaan: -tidak terekam-
Robi, Mahasiswa Arsitektur ITB
Pertanyaan: -tidak terekam-
Odo, Masyarakat Umum
Pertanyaan: Kekerasan israel itu sangat kejam terhadap palestina. Amerika itu polisi dunia. Lalu bagaimana tindakan Amerika terhadap Israel?
Jawaban:
Melanie: Amerika mencari peranan dalam mendamaikan israel-palestina tapi disini amerika tidak bisa berbuat banyak.
Rizky: Ternyata kebanyakan warga Amerika banyak yang tidak suka dengan Israel karena Israel itu yahudi.
Ilham: Setelah saya bertemu dengan tokoh-tokoh Israel, ternyata sebagian orang-orang Israel itu pun tidak suka dengan tindakan penyerangan kepada Palestina.
Ahmad, Mahasiswa ITB
Pertanyaan: Bagaimana mempertahankan jiwa kita di Amerika karena bermuslim di negara lain itu lebih sulit?
Jawaban:
Rizky: Itu kembali ke diri kita masing-masing untuk mengatur strategi dalam beribadah, misalnya sholat dan puasa. Memang waktu ibadah di sana sangat singkat tapi saat nanti kembali ke sana saya harus bisa lebih baik lagi.
Ratna, Mahasiswa ITB
Pertanyaan: Bagaimana tanggapan Anda terhadap pemerintah Amerika yang melarang pekerja-pekerja Indonesia memakai atau menggunakan jilbab?
Jawaban:
Melanie: Tidak ada masalah, semua bebas berekspresi di sana. Tidak hanya jilbab, pakaian lain pun juga bebas di gunakan atau di pakai seperti topi yang di pakai oleh orang india, cadar, dll.
Pamela, Mahasiswa Arsitektur – ITB
Pertanyaan: Bagaimana peran komunitas Islam kepada masyarakat Amerika?
Jawaban:
Ilham: Lebih banyak menshare saja dan kontribusi itu pun lebih besar ada di masyarakat muslim sendiri.
Acara yang sudah dimulai dari pukul 11.00 WIB tersebut berakhir pada pukul 13.00 WIB. Sebelum acara ditutup para peserta dikejutkan dengan pembagian doorprize yang tersembunyi di bawah tempat duduk mereka. Setelah pembagian doorprize, acara pun ditutup dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Dokumentasi Kegiatan:
No Comments