Mental Health Awareness
BANDUNG, lib.itb.ac.id Pada hari Senin, tanggal 28 Maret 2022 Pukul 13.30 – 15.30 WIB, American Corner Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan American Corner Universitas Andalas serta Cherry Child Foundation telah menyelenggarakan virtual program dengan tema “Mental Health Awareness” melalui platform Zoom. Kegiatan ini dibuka dengan sambutan dari Ena Sukmana, S.Sos. selaku Kepala UPT Perputakaan ITB dan juga Lusia Marliana Nurani, Ph.D. selaku Advisor American Corner ITB. Kegiatan ini menghadirkan pembicara Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D. (Kasubdit Bimbingan Konseling, Direktorat Kemahasiswaan ITB) yang memberikan penjelasan mengenai “Kenali Diri dan Support System Disekitarmu”, serta Kuswardani Susari Putri, M.Si.,Psikolog (Pengurus Pusat IPK Indonesia, Founder Mental Health Care Community Of West Sumatra) memberikan penjelasan mengenai “Mental Health First Aid”, serta dimoderatori oleh Rifqi Wildan Putra, S.Hum. yang merupakan Cherry Child Foundation Volunteer.
“Kegiatan kolaborasi virtual program ini merupakan ajang silaturahmi dalam berjejaring bagi American Corner Institut Teknologi Bandung dan American Corner Universitas Andalas yang mengusung tema Kesehatan Mental. Ada ungkapan bahasa Latin men sana in corpore sano yang artinya adalah dalam tubuh yang terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan tersebut menyimpulkan, bahwa tubuh dan jiwa adalah dua hal yang saling berkesinambungan mempengaruhi satu sama lain. Dua hal tersebut akan menjadi kunci dalam menjalankan aktivitas di kehidupan sehari hari”, demikian yang disampaiakan Ena Sukmana, S.Sos. dalam kata sambutannya.
Lusia Marliana Nurani, Ph.D selaku American Corner ITB Advisor juga menyampaikan harapannya dengan adanya kolaborasi ini generasi muda lebih menggali lagi ilmu mengenai kesehatan mental agar lebih berempati kepada sesama serta menjadi lebih kuat lagi dalam hal kesehatan jiwa. Sesuai dengan mental health atlas 2020 dari WHO yang menampilkan raport bahwa kesehatan mental di Indonesia banyak merahnya, yang berharap raport tersebut dapat berubah menjadi hijau dalam kurun waktu 10 tahun kedepan.
Kegiatan ini juga dilanjutkan dengan presentasi dari Ir. Hendri Syamsudin, M.Sc., Ph.D. yang memberikan penjelasan mengenai Kenali Diri. Kenali diri ini merupakasn perjalanan dalam menemukan siapa diri Anda sebagai manusia sehingga memberi kesempatan pada diri Anda untuk mengungkap kebenaran yang lebih dalam tentang siapa Anda sehingga menghormati kekuatan dan kelemahan Anda, gairah dan kekuatan Anda, keinginan dan impian Anda, pikiran dan perasan Anda, kesukaan dan ketidaksukaan Anda, tolerasni dan keterbatasan Anda. Dalam penjelasannyapun memberikan ulasan mengapa Kenali Diri itu penting, hal itu penting untuk setiap individu lebih siap untuk survive di kehidupan dengan tentunya menentukan valiu dan kelebihan serta kekurangan dalam diri.
Selanjutnya Kuswardani Susari Putri, M.Si.,Psikolog menguraikan tentang memberikan Pertolongan Pertama Kesehatan Mental bagi setiap individu yang membutuhkan. Mental Health First Aid merupakan salah satu penanganan paling dini untuk membantu orang-orang di sekitar kita yang mengalami masalah terkait gangguan kesehatan mental. Mental Health First Aid juga menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan mental dan meningkatkan perilaku mendukung terhadap individu dengan masalah kesehatan mental. Ada beberapa gangguan kesehatan jiwa seperti: depresi, psikotik, penyalahgunaan obat, gangguan makan, dan demensia. Serta kondisi krisis kesehatan jiwa seperti: risiko bunuh diri, mencederai diri, serangan panik, atau pengalaman yang menimbulkan trauma. Mental Health First Aid memberikan setiap individu keterampilan dan Rencana Tindakan, sehingga tahu apa yang harus dilakukan dalam setiap situasi. Rencana Tindakan Mental Health First Aid tersebut dikenal dengan ALGEE, merupakan rencana tindakan langkah demi langkah yang digunakan saat memberikan dukungan kepada seseorang yang mungkin mengalami situasi yang menyusahkan.
A – Approach, nilai risiko bunuh diri atau bahaya. Cobalah untuk menemukan waktu atau tempat yang cocok untuk memulai percakapan dengan orang tersebut, dengan tetap menjaga privasi dan kerahasiaan mereka. Jika orang tersebut tidak ingin menceritakan kepada Anda, dorong mereka untuk berbicara dengan seseorang yang mereka percayai.
L – Listen non judgmentally. Banyak orang yang mengalami tantangan atau kesusahan apabila ingin didengar terlebih dahulu, jadi biarkan orang itu berbagi tanpa mengganggu mereka. Cobalah untuk memiliki empati terhadap situasi mereka.
G – Give reassurance and information. Setelah seseorang berbagi pengalaman dan emosinya dengan Anda, bersiaplah untuk memberikan harapan dan fakta yang bermanfaat.
E – Encourage appropriate professional help. Semakin dini seseorang mendapat bantuan, semakin baik peluang mereka untuk sembuh. Jadi, penting untuk menawarkan bantuan kepada orang ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang opsi yang tersedia bagi mereka.
E – Encourage self-help and other support strategies. Ini termasuk membantu mereka mengidentifikasi hubunganjaringan dukungan mereka, program dalam komunitas, dan membuat rencana perawatan emosional diri dan fisik yang dipersonalisasikan.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Peserta menyampaikan beberapa pertanyaan mengenai Mental Health First Aid. Ada lima pertanyaan, salah satu pertanyaan dan juga sebagi penutup dalam acara tersebut yaitu bagaimana perpustakaan dapat berperan juga dalam membantu khususnya mahasiswa di perguruan tinggi berkaitan dengan mental health. Adapun jawaban dari para pemateri sepakat bahwa peran perpustakaan menjadi gerbang utama dalam memberikan sosialisasi bagi berbagai generasi untuk mengenalkan mental health dengan diberikan pemahaman/ education pentingnya pendampingan seorang profesional bagi individu yang mengalami masalah terkait gangguan kesehatan mental melalui koleksi-koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan baik berupa koleksi tercetak maupun dalam bentuk digitalisasi, sehingga dapat diakses kapanpun dan dimanapun tanpa diskriminatif.
No Comments