INDONESIA TERTINGGAL DALAM JURNAL ILMIAH
Indonesia masih digolongkan sebagai negara tertinggal dalam memublikasikan jurnal internasional. Publikasi jurnal internasional menunjukkan seberapa banyak penelitian dengan kualitas dunia yang dilakukan suatu negara.
Jurnal internasional juga merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara dalam persaingan global. Berdasarkan data Knowledge Economy Index (KEI) tahun 2009, Indonesia berada pada urutan ke-103 dari 145 negara yang dinilai.
Hal itu dikatakan Executive Editor Institut Teknologi Bandung (ITB) “Journal Science”, Prof. Dr. Ismunandar, seusai peluncuran Jurnal ITB online di Gedung Rektorat ITB, Jln. taman sari, Bandung, Selasa (27/7).
KEI adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa kondusif kondisi lingkungan yang ada bagi penggunaan ilmu pengetahuan untuk perkembangan ekonomi suatu negara. Indeks ini dihitung berdasarkan insentif ekonomi, aturan kelembagaan, pendidikan, inovasi serta teknologi komunikasi dan informasi. Indonesia memiliki nilai 3,29, tertinggal dari indeks Denmark yang menjadi urutan pertama yaitu 9,52.
Menurut Ismunandar, publikasi jurnal internasional termasuk dalam pilar pendidikan. Dengan demikian, meningkatnya jurnal internasional diharapkan dapat menaikkan nilai KEI.
Selain itu, dia mengatakan, banyaknya jumlah publikasi internasional yang dihasilkan perguruan tinggi dapat meningkatkan status institut atau universitas berskala internasional. Hal itu juga dapat membuka peluang untuk melakukan kolaborasi penelitian internasional. “Otomatis kolaborasi itu akan membawa nama harum Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Untuk itulah, internasionalisasi jurnal mulai dilakukan ITB dalam rangka mewujudkan perguruan tinggi menuju kelas dunia. Hal itu dilakukan dengan membuat “ITB Journal” dalam empat seri yaitu “ITB Journal of Science”, “ITB Journal of Engineering Science”, “ITB Journal of Information and Communication Technology”, serta “ITB Journal of Visual Art and Design”. “Dua jurnal yang disebutkan pertama telah diindeks oleh Scopus pada 2009. Jurnal tersebut dapat diunduh secara gratis,” ujarnya.
Saat ini, Ismunandar menambahkan, ITB sudah memublikasikan 260 artikel internasional setiap tahunnya. Namun, angka tersebut masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah seribu dosen yang mengajar di ITB.
Sementara itu, salah seorang reviewer jurnal internasional sekaligus mantan Guru Besar ITB, Filino Harahap, mengatakan, peningkatan jumlah jurnal internasional di perguruan tinggi harus dipaksakan. Bukan sekadar imbauan. Misalnya saja dengan mematok syarat bahwa untuk menjadi guru besar harus memiliki beberapa jurnal yang diterbitkan secara internasional. (A-185)***
sumber: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=150430
No Comments