SHARING SESSION ON “CLIMATE PLANNING TO REDUCE EMISSIONS AND INCREASE URBAN RESILIENCE”
Bandung, Lib.itb.ac.id. Perubahan iklim telah menjadi isu global dalam beberapa dekade ini. Beberapa pertemuan penting mengenai perubahan iklim, seperti Protokol Kyoto, Perjanjian Paris, dan Pakta Iklim Glasgow, sudah dilaksanakan termasuk pengimplementasiannya. Namun, tingkat CO 2 dan perubahan suhu global masih terus berlangsung.
Laporan CDP bertajuk ‘Cities on the Route to 2030’ mengungkapkan bahwa 93% dari kota-kota di seluruh dunia saat ini menghadapi risiko perubahan iklim yang signifikan. Meskipun demikian, terdapat fakta mencengangkan bahwa 43% dari kota-kota ini tidak memiliki rencana konkret untuk mengatasi risiko ini dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Penting untuk diingat bahwa kota-kota ini tidak hanya menjadi rumah bagi lebih dari separuh populasi dunia, tetapi juga bertanggung jawab atas sekitar 70% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara global. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk menjaga agar pembangunan kota-kota di seluruh dunia berfokus pada pengurangan emisi GRK dan peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim.
Langkah-langkah yang diambil dalam arah ini akan memiliki dampak yang signifikan pada penciptaan lingkungan yang layak huni dan berkelanjutan, bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk beragam makhluk lain yang berbagi planet ini. Menciptakan kota-kota yang rendah emisi dan berketahanan menjadi kunci bagi masa depan yang lebih baik bagi semua
Terkait dengan hal ini, American Corner ITB menyelenggarakan kegiatan sharing session bertema “CLIMATE PLANNING TO REDUCE EMISSIONS AND INCREASE URBAN RESILIENCE”. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Oktober 2023, pukul 09.00 – 10.30 WIB dengan menghadirkan pembicara Lucia Athens (Chief Sustainable Officer a City of Austin), dengan moderator Dr. Bagas Dwipantara Putra (Dosen Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, SAPPK). Kegiatan berlangsung di Ruang Pelatihan, Lt. 1, UPT Perpustakaan dengan MC Duta Kampus ITB, yaitu Stefany Septiawati Nababan (Duta Inspiratif) dan Mochammad Bintang Naufal (Duta Persahabatan dan Well-being). Acara dihadiri oleh. Jennifer Hengstenberg (Economic Officer), Pirina Vindiartha (Cultural Affairs Specialist) Staf Kedutaan Amerika Serikat, Yoka Adam Nugrahaa, S.Sos (Kepala Bidang Layanan Pemustaka dan Literasi Ilmiah), para dosen, dan mahasiswa.
Acara dibuka oleh Emily Yasmin Norris (Atase Kebudayaan Amerika Serikat untuk Indonesia) dan Ena Sukmana, S.Sos (Kepala UPT Perpustakaan ITB). “Kami sangat mendukung kemitraan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang sangat kuat tidak hanya dalam banyak bidang, tetapi yang paling penting adalah perubahan iklim dan bagaimana kami bisa melindungi lingkungan di seluruh dunia. Oleh karena itu, kami mendukung acara ini sebagai Indonesia dan Amerika Serikat sebagai kekuatan dan kebersamaan dalam melindungi perubahan iklim dan pemanasan global,” Ujar Emily Yasmin Norris dalam kata sambutannya. Sementara itu, Kepala Perpustakaan menyampaikan bahwa kegiatan ini merefleksikan komitmen Perpustakaan dalam berbagi pengetahuan dan membangun pemahaman tentang kerlanjutan masa depan dunia.
Acara sharing session ini menghadirkan pembicara Lucia Athens. Beliau adalah tokoh dari kota Austin yang telah berkecimpung dalam upaya menciptakan masa depan yang berkelanjutan selama lebih dari 30 tahun, sebagai Chief Sustainability Officer pertama di Austin dan sebelumnya sebagai pemimpin pertama yang menginisiatif bangunan ramah lingkungan di kota Seattle, serta penulis 2 buah buku bertema sustainability (keberlanjutan).
Dalam kegiatan sharing session ini, Ms. Athens menyajikan paparan berjudul “Key to Sustainable Development” yang mengulas perubahan iklim, pengurangan emisi, dan peningkatan ketahanan kota. Ia menyampaikan tujuh poin penting terkait hal tersebut, yaitu: Importance of Leadership, Behavior Change, Built Environment Rating Tools, LEED for Cities & Communities, Four Keys (Green Buildings, Clean Utilities & Transportation, Natural Infrastructure, Cultural & Economic Assets). Pembicara berbagi pengalaman terkait kiprahnya dalam membangun kota Austin menghadapi krisis iklim dan pembangunan berkelanjutan.
Pembicara menyampaikan pentingnya aspek kepemimpinan di dalam memimpin perubahan dalam upaya membantu dunia membatasi pemanasan global, mendorong inovasi, membangun komunitas yang sehat, adil dan tangguh. Lebih dari seratus walikota dari kota-kota besar di dunia tergabung dalam C40 yang merupakan jaringan global walikota yang bersatu dalam aksi menghadapi krisis iklim.
Tiga pilar dalam pembangunan keberlanjutan adalah lingkungan, ekonomi dan masyarakat. Ketiganya sama pentingnya dan tantangan dalam keberlanjutan adalah menemukan cara untuk menciptakan keseimbangan di antara ketiganya dan mengatasi ketiganya sekaligus dengan solusi berkelanjutan yang baik bagi lingkungan, bagi masyarakat, dan pilihan ekonomi sehingga peran pemerintah dalam kepemimpinan adalah mendorong masyarakat untuk berinovasi dan melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari yang mereka lakukan sebelumnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan hambatan tetapi sebenarnya pemerintah mungkin memilikii banyak hambatan terhadap perubahan dan Inovasi. Ada banyak program insentif yang bisa diciptakan sebagai cara menghilangkan hambatan lebih cepat. Seperti kota Austin memiliki lebih banyak insentif berbasis uang tunai untuk berbagai tindakan konservasi energi dan air, kendaraan listrik, dan sebagainya. Idenya adalah membuat kemajuan untuk membuat orang siap menghadapi perubahan. Jadi, setelah menghilangkan hambatan dan memberikan sebuah mandat, seperti di Austin dan juga di Seattle, masyarakat diwajibkan melakukan pengomposan untuk didaur ulang dan hal itu tidak terjadi pada awalnya. Dalam hal ini terdapat upaya dalam mengubah perilaku masyarakat dan membuat orang berpikir dan berperilaku berbeda yang didorong oleh adanya teknologi baru yang berkembang dan inovasi.
Proses keberlanjutan berpijak pada perlunya penggunaan sumber daya dan lingkungan secara sehat sehingga memungkinkan mereka menjalankan perannya secara efektif dan efisien. Untuk memastikan dan memfasilitasi penerapan proses ini, maka perlu dilakukan evaluasi konstruksi berkelanjutan melalui alat pemeringkatan yang memperhatikan pengurangan emisi gas rumah kaca dan ketahanan, Seperti Leed, untuk bangunan; Sustainable DITES, untuk tata ruang; Green Roads, untuk jalan; ENVISION, untuk infratruktur; PEER, untuk infrastruktur listrik; TRUE, untuk nol limbah; LEED untuk kota dan komunitas.
Pada bagian lain Ms.Lucia Athens banyak memberikan gambaran tentang apa yang dilakukan kota Seattle dan Austin dalam mengembangkan program pembangunan berkelanjutan yang meliputi bangunan ramah lingkungan, utilitas dan transportasi yang bersih, dan pembangunan berkelanjutan skala lingkungan (infrastruktur hijau serta sumber daya budaya, ekonomi dan pendidikan). Infrastruktur alam sangat penting untuk menghubungkan manusia dengan alam demikian halnya dengan ekspresi budaya dan sumber daya ekonomi dan pendidikan yang merupakan bagian yang sangat penting dari bagian keberlanjutan.
Acara resource sharing ini diisi pula dengan acara diskusi dan tanya jawab terkait dampak positif dan negatif dari eksternalitas dari kebijakan pemerintah, membangun sistem dan dukungan keuangan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan serta strategi penerapan konsep pembangunan berkelanjutan dalam menghadapi berbagai kendala yang ada. Dalam kegiatan tersebut turut pula hadir perwakilan mendampingi pembicara yaitu Jenniifer Hengstenberg selaku Climate Officer dan Pirina Vindiartha selaku Cultural Affairs Specialist Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta. Acara tersebut dipandu moderator Bapak Bagas Dwipantara Putra, Ph.D. selaku Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah Kota ITB dan pembawa acara Stefany Septiawati Nababan dan Mochammad Bintang Naufal (Duta Kampus ITB Tahun 2023). Acara diakhiri dengan pemberian door price kepada para peserta yang beruntung yang diserahkan oleh Kepala Bidang Layanan Pemustaka dan Literasi ilmiah UPT Perpustakaan ITB.
No Comments